Jumat, 26 September 2014

REOG PONOROGO






Salah satu ciri khas seni budaya Kabupaten
Ponorogo Jawa Timur adalah kesenian Reog
Ponorogo. Reog, sering diidentikkan dengan
dunia hitam, preman atau jagoan serta tak
lepas pula dari dunia mistis dan kekuatan
supranatural. Reog mempertontonkan
keperkasaan pembarong dalam mengangkat
dadak merak seberat sekitar 50 kilogram
dengan kekuatan gigitan gigi sepanjang
pertunjukan berlangsung. Instrumen
pengiringnya, kempul, ketuk, kenong,
genggam, ketipung, angklung dan terutama
salompret, menyuarakan nada slendro dan
pelog yang memunculkan atmosfir mistis,
unik, eksotis serta membangkitkan
semangat. Satu group Reog biasanya terdiri
dari seorang Warok Tua, sejumlah warok
muda, pembarong dan penari Bujang Ganong
dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah
kelompok reog berkisar antara 20 hingga 30-
an orang, peran utama berada pada tangan
warok dan pembarongnya.
Seorang pembarong, harus memiliki
kekuatan ekstra. Dia harus mempunyai
kekuatan rahang yang baik, untuk menahan
dengan gigitannya beban“Dadak Merak”
yakni sebentuk kepala harimau dihiasi
ratusan helai bulu-bulu burung merak setinggi
dua meter yang beratnya bisa mencapai 50-
an kilogram selama masa pertunjukan.
kekuatan gaib sering dipakai pembarong
untuk menambah kekuatan ekstra ini, salah
satunya dengan cara memakai susuk, di leher
pembarong. Untuk menjadi pembarong tidak
cukup hanya dengan tubuh yang kuat
reog terdapat pendukung, yaitu Warok, kemudian jatilan,
Bujangganong, Klana Sewandana, barulah
Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar